Monday, October 26, 2015

Mendukung adaptasi new mom dengan nursingwear yang nyaman

Halo, perkenalkan nama saya Caca, ibu satu anak laki-laki bernama Abi usia 3 bulan.
Alhamdulillah Abi lahir sehat sempurna dengan persalinan normal tanggal 30 September 2014 pukul 23.10 WIB. Saya tidak pernah sebangga dan sebahagia ini sebelumnya. Ngurusin ribetnya nikahan yang kalau kata orang jadi ratu semalam, masih kalah bahagianya dibanding melahirkan.
Allah Maha Baik. Alhamdulillah, Allah mengabulkan satu per satu doa saya. Saya memang mempersiapkan secara matang kehamilan pertama saya, mulai dari dokter kandungan yang kece, rumah sakit bersalin yang pro IMD pro ASI, jarak tempuh dari rumah, biaya persalinan, pakaian dan peralatan untuk menyusui, dll. Niat saya memang melahirkan secara normal, bisa IMD, dan bisa menyusui ASI.
Meskipun saya bisa merasakan nikmatnya IMD selama 1 jam, keesokan harinya saya merasa was-was karena ASI saya yang tidak langsung banyak keluar. Namun tetap saya disusukan pada Abi. Sampai 2 malam saya di RS, setelah dokter kandungan saya datang untuk mengecek kondisi saya, saya diperbolehkan pulang.
Ketika Abi usia 4 hari, suhu badannya tinggi, saya pernah baca kalau diberi ASI akan turun sendiri, walaupun ASI saya belum lancar tetap saya berikan.  Esoknya memang jadwal Abi kontrol dokter anak. Kami kembali ke RS tempat Abi dilahirkan. Betapa kecewanya saya ternyata Abi terkena kuning dan harus difototerapi, tidak diizinkan pulang. Saya dan suami bingung setengah mati, saya bilang apa adanya ke dokter kalau saya tidak tega meninggalkan Abi di RS, karena paling tidak butuh waktu 24 jam untuk fototerapi. Pikiran saya semwarut, bagaimana dengan ASInya dll.
Akhirnya saya dengan suami memutuskan untuk menginap di RS, kami beli kamar untuk istirahat kami. Kami tidak tega meninggalkan Abi sendiri di RS meskipun dokter bilang saya boleh pulang.
Malam itu sebelum Abi difototerapi, saya berusaha memberikan ASI dulu, malang ASI saya tetap belum lancar. Bidan menyarankan untuk memompa, hasilnya pun sangat mengecewakan. Dalam hati, saya menyalahkan diri saya sendiri baru kali ini saya begitu bodoh sampai anak sendiri sakit karena saya. Tak kuat, saya peluk suami saya, saya menangis.
Tawaran untuk memberi susu formula mulai menghantui, suami nampaknya mulai resah sehingga membujuk saya agar mau memberikan formula. Saya bingung, di satu sisi saya ingin memberikan asi eksklusif, di sisi lain saya tahu asi saya belum lancar dan anak saya harus diberi makan.
Teringat postingan teman saya yang mempunyai anak lebih dulu, dia memiliki persediaan asip yang tidak sedikit. Nekat saya telpon dia, kebetulan anaknya juga laki-laki, saya minta tolong apakah mau mendonorkan asipnya. Alhamdulillah teman saya bersedia. Setelah Abi diproses untuk fototerapi (dalam keadaan lapar 😭), saya dan suami bergegas pulang untuk packing sebentar dan menuju rumah teman saya. Saya ceritakan semua ke teman saya, dia sangat paham, selain memberikan asipnya saya diberikan pula persediaan fenugreeknya. Alhamdulillah.
Bergegas pula kami kembali ke RS untuk memberikan Abi asip milik teman saya. Untuk pertama kalinya Abi mengenal dot. Hati saya terenyuh melihat Abi minum dengan lahapnya namun bukan dengan asi milik saya.
Di kamar RS saya rajin memompa, berapapun yang saya hasilkan langsung saya bawa ke ruang bayi untuk diberikan ke Abi. Tentu setiap ke ruang bayi saya selalu sendu, tidak tega melihat Abi sendiri dengan penutup mata dan diaper. Saya berusaha kuat, saya harus tegar, karena jika saya lemah, Abi pun ikut lemah. Saya tahan tangis saya sekuat tenaga saya, saya ajak Abi berbicara bahwa Abi anak kuat, Abi anak sehat sebentar lagi kita pulang.
Setelah 24 jam yang melelahkan, hasil lab sudah kami peroleh, Abi diperbolehkan pulang. Selama di rumah saya gembleng diri saya sendiri. Saya konsumsi semua yang kata orang bisa memperlancar asi saya. Mulai dari kacang-kacangan, sayur katuk, dan jus pare. Alhamdulillah lancar dan melimpah sampai harus saya pompa. Alih-alih meminum asipnya, Abi lebih doyan menyusu pada saya but I love this bonding. Bahkan sekarang kalau diberi dot, Abi malah nangis menolak. Bingung dong saya, otomatis Abi harus ikut saya kemanapun saya pergi. Kemana-mana saya pake kemeja kancing depan supaya mudah menyusui. Tetapi tidak semudah yang saya pikir, tetap ribet karena harus buka kancingnya dulu dan mencari penutup untuk dada saya yang terlihat.
Sampai kakak ipar saya mention saya di instagram @nyonya_nursingwear, saya coba untuk membelinya. Produk nyonya pertama saya yaitu Nadya warna biru dongker. Wah, di luar dugaan ternyata nyaman sekali, saya pakai dengan cardigan karena saya berjilbab, bahannya juga nyaman spandex dingin dan melar. Paling penting adalah tidak repot untuk menyusui dan dada tidak terlihat karena menyusuinya tinggal membuka celah di samping dada (jadi ngga gampang masuk angin juga hihihi). Setelah itu saya jadi ketagihan beli model-model yang lainnya, saya punya Casey, Carmen, Tiara, Anna, dan akan terus beli model yang lainnya. Terima kasih Nyonya Nursingwear karena sudah menyediakan pakaian menyusui yang nyaman dan menyenangkan pemakainya, yang paling penting adalah mendukung asi eksklusif, so please tetap berinovasi karena memang beda dari produk baju menyusui lain.

- Nur Pasca Fitriani, Surabaya

No comments:

Post a Comment